Studi: Hirup Pakaian Berkeringat Pasangan Bisa Kurangi Stres
A
A
A
JAKARTA - Penelitian terbaru menyebutkan bahwa mengendus pakaian berkeringat pasangan dapat mengurangi tingkat stres. Hal ini berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Birmingham Live.
Dilansir The New Indian Express, aroma keringat pasangan seseorang bisa menjadi terapi. Namun, keringat orang lain mungkin berdampak buruk pada individu tersebut.
Temuan ini menunjukkan bahwa wanita merasa lebih tenang, setelah terkena aroma pasangannya dan menurunkan kadar hormon stres kortisol.
Penelitian ini melibatkan 96 pasangan lawan jenis. Saat melakukan penelitian, para pria diberi kaus bersih untuk dipakai selama 24 jam dan diminta untuk tidak menggunakan deodoran atau produk tubuh beraroma lainnya.
Mereka juga dilarang merokok dan makan makanan tertentu yang dapat mempengaruhi aroma mereka. Sebagai bagian dari penelitian, t-shirt pria dibekukan untuk menjaga bau pakaian mereka.
Para wanita diberi kaus untuk mencium bau yang segar atau telah dikenakan pasangan mereka atau orang asing, tanpa memberitahu mereka baju mana yang memiliki bau dan yang tidak.
Tes stres kemudian dilakukan, dimana wawancara pekerjaan dan memberikan tugas matematika. Para wanita juga harus menjawab pertanyaan tentang tingkat stres mereka dan memberikan sampel air liur untuk mengukur kadar kortisol. Selanjutnya, para perempuan ini diminta menjadi pencium karena mereka cenderung memiliki indra penciuman yang lebih baik daripada pria.
Pada akhir penelitian, disimpulkan bahwa wanita yang mencium bau baju pasangannya merasa kurang stres baik sebelum dan sesudah tes stres. Perempuan yang mencium bau baju pasangannya dan mengidentifikasi aroma dengan tepat juga terdeteksi dengan kadar kortisol yang lebih rendah.
Dilansir The New Indian Express, aroma keringat pasangan seseorang bisa menjadi terapi. Namun, keringat orang lain mungkin berdampak buruk pada individu tersebut.
Temuan ini menunjukkan bahwa wanita merasa lebih tenang, setelah terkena aroma pasangannya dan menurunkan kadar hormon stres kortisol.
Penelitian ini melibatkan 96 pasangan lawan jenis. Saat melakukan penelitian, para pria diberi kaus bersih untuk dipakai selama 24 jam dan diminta untuk tidak menggunakan deodoran atau produk tubuh beraroma lainnya.
Mereka juga dilarang merokok dan makan makanan tertentu yang dapat mempengaruhi aroma mereka. Sebagai bagian dari penelitian, t-shirt pria dibekukan untuk menjaga bau pakaian mereka.
Para wanita diberi kaus untuk mencium bau yang segar atau telah dikenakan pasangan mereka atau orang asing, tanpa memberitahu mereka baju mana yang memiliki bau dan yang tidak.
Tes stres kemudian dilakukan, dimana wawancara pekerjaan dan memberikan tugas matematika. Para wanita juga harus menjawab pertanyaan tentang tingkat stres mereka dan memberikan sampel air liur untuk mengukur kadar kortisol. Selanjutnya, para perempuan ini diminta menjadi pencium karena mereka cenderung memiliki indra penciuman yang lebih baik daripada pria.
Pada akhir penelitian, disimpulkan bahwa wanita yang mencium bau baju pasangannya merasa kurang stres baik sebelum dan sesudah tes stres. Perempuan yang mencium bau baju pasangannya dan mengidentifikasi aroma dengan tepat juga terdeteksi dengan kadar kortisol yang lebih rendah.
(tdy)